ASI ( Air Susu Ibu )

– more fresh… HEALTHIER and free –

Dorong Pemberian ASI Eksklusif, China Akan Larang Iklan Susu Formula

Selasa, 21 April 2015 | 19:31 WIB
BEIJING, KOMPAS.com – Pemerintah China berencana untuk melarang iklan susu formula untuk mendorong kampanye ibu menyusui di negeri itu.

Para anggota parlemen China mulai membahas sebuah rancangan amandemen undang-undang periklanan yang sudah berlaku di negeri itu. Dalam rancangan tersebut diatur bahwa semua iklan susu formula dan makanan bayi yang ditujukan sebagai pengganti air susu ibu dilarang ditampilkan di media massa atau ruang publik.

Para pengiklan, pengusaha dan penerbit yang melanggar aturan ini akan dijatuhi hukuman denda maksimal 1 juta yuan atau sekitar Rp 2 miliar. Demikian salah satu isi rancanangan amandemen undang-undang tersebut.

Pada 2008, kurang dari sepertiga bayi di China yang mendapatkan ASI ekslusif. Buruknya data ini kerap diasosiasikan dengan propaganda selama satu dekade yang dilakukan pabrik-pabrik susu formula yang mendorong para ibu di China untuk tidak terlalu lama memberikan ASI bagi bayi mereka.

Namun, dalam beberapa tahun terakhir angka ibu menyusui di China terus meningkat, apalagi pemerintah terus mendorong para ibu memberikan ASI kepada bayi mereka dengan menyediakan ruang-ruang menyusui di lokasi-lokasi publik.

Tak hanya itu, pemerintah China juga menyediakan aplikasi telepon pintar yang bisa memberikan informasi seputar ruang menyusui bayi di berbagai lokasi di negeri itu.

Menurut kabar dari stasiun televisi pemerintah CCTV, pemerintah China berharap pada 2020 jumlah ibu yang memberikan ASI eksklusif untuk bayi mereka meningkat hingga 50 persen.

Di sisi lain, China merupakan pasar yang sangat besar untuk susu formula bayi yang pada 2016 diperkirakan bernilai hingga 30 juta dolar AS. Sehingga rencana pemerintah China itu nampaknya sulit mendapat dukungan dari berbagai produsen susu formula asing seperti Danone dan Mead Johnson yang menjadikan China sebagai pasar utama mereka.

Sumber : Kompas

April 22, 2015 Posted by | Article | Leave a comment

Menkes imbau dokter tidak sarankan susu formula

Senin, 13 Oktober 2014 23:52 WIB |
Jakarta (ANTARA News) – Menteri Kesehatan dr Nafsiah Mboi mengimbau dokter anak untuk tidak menyarankan orang tua meminumkan susu formula bagi bayi yang belum berusia enam bulan.

“Saya sedih sekali masih banyak konselor dan dokter anak masih menyuruh pasiennya, ibu melahirkan meminumkan susu formula kepada bayinya,” kata Nafsiah Mboi di Jakarta, Senin.

Menurut dia, air susu ibu atau ASI masih sangat diperlukan oleh bayi dalam masa pertumbuhan dan penambahan gizi serta anti-biotik di dalam tubuhnya.

“Jadi enam bulan ibunya harus memberikan ASI ekskusif karena itu masa yang terbaik bagi bayi,” ulasnya.

Kendati ibunya terinfeksi virus HIV dan masih dalam masa pengobatan, kata dia, air ASI harus tetap diberikan karena bayi masih membutuhkan makanan yang penting bagi tubuhnya.

“Meskipun ibunya positif, tetap ibunya berhak memberikan ASI kepada anaknya. Karena ibu ini sebelumnya telah diberikan pengobatan terapi antiretroviral atau ARV,” paparnya.

Biarpun metode terapi obat itu tidak mampu membunuh virus HIV secara total, lanjut dia, paling tidak dapat melambatkan perkembangan virus.

“Mau tidak mau anak pasti tertular karena darah ibunya juga mengalir di tubuh anak. Jadi sudah tepat ibu memberikan ASI kepada anaknya minimal enam bulan,” papar Nafsiah.

Selain itu program pencegahan dan penekanan virus HIV pada anak, Nafsiah Mboi menyatakan pihaknya telah melakukan kerja sama antara Kementerian Kesehatan, Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Lembaga Swadaya Masyarakat peduli HIV/AIDS.

“Ini harus disosialisasikan secara terus-menerus, karena masih ada obat yang mampu menghambat perkembangan virus itu. Bila masih ada dokter menyuruh meminumkan susu formula itu salah. Kita harus perhatikan kepentingan bayi dan ibunya,” harapnya.

Sebelumnya, kegiatan peluncuran buku pedoman penerapan terapi HIV pada anak dan talk show bagaimana terapi ARV pada anak digelar di Kantor Kementerian dihadiri Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia, Ketua Indonesian AIDS Coalition, LSM dan orang tua anak dengan HIV.

Sumber : Antara

October 14, 2014 Posted by | Article | Leave a comment

Rekomendasi IDAI : Memerah dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI)

IKATAN DOKTER ANAK INDONESIA

REKOMENDASI

No.: 006/Rek/PP IDAI/V/2014

tentang

Memerah dan Menyimpan Air Susu Ibu (ASI)

A. Memerah Air Susu Ibu (ASI)

  1. Memerah ASI diperlukan untuk merangsang pengeluaran ASI pada keadaan payudara sangat bengkak, puting sangat lecet, dan pada bayi yang tidak dapat diberikan minum.
  2. ASI diperah bila ibu tidak bersama bayi saat waktu minum bayi.
  3. Untuk meningkatkan produksi ASI, payudara dikompres dengan air hangat dan dipijat dengan lembut sebelum memerah ASI.
  4. Memerah yang dilakukan secara rutin dapat meningkatkan produksi ASI
  5. Bila ASI akan diperah secara rutin, dianjurkan menggunakan kantong plastik yang didisain untuk menyimpan ASI, yang pada ujungnya terdapat perekat untuk menutupnya. Kumpulan kantong plastik kecil tersebut dimasukkan ke dalam kantong plastik besar agar terlindung dan terhindar dari robek/ lubang. Pada setiap kantong plastik harus diberi label tanggal dan waktu memerah.

B. Cara memerah ASI dengan tangan

  1. Gunakan wadah yang terbuat dari plastik atau bahan metal untuk menampung ASI.
  2. Cuci tangan terlebih dahulu dan duduk dengan sedikit mencondongkan badan ke depan.
  3. Payudara dipijat dengan lembut dari dasar payudara ke arah puting susu.
  4. Rangsang puting susu dengan ibu jari dan jari telunjuk anda.
  5. Letakkan ibu jari di bagian atas sebelah luar areola (pada jam 12) dan jari telunjuk serta jari tengah di bagian bawah areola (pada jam 6).
  6. Tekan jari-jari ke arah dada, kemudian pencet dan tekan payudara di antara jari-jari, lalu lepaskan, dorong ke arah puting seperti mengikuti gerakan mengisap bayi. Ulangi hal ini berulang-ulang.
  7. Hindari menarik atau memeras terlalu keras. Bersabarlah, mungkin pada awalnya akan memakan waktu yang agak lama.
  8. Ketika ASI mengalir lambat, gerakkan jari di sekitar areola dan berpindah-pindah tempat, kemudian mulai memerah lagi.
  9. Ulangi prosedur ini sampai payudara menjadi lembek dan kosong.
  10. Menggunakan kompres hangat atau mandi dengan air hangat sebelum memerah ASI akan membantu pengeluaran ASI.

 

C. Menyimpan ASI

  1. ASI perah disimpan dalam lemari pendingin atau menggunakan portable cooler bag
  2. Untuk tempat penyimpanan ASI, berikan sedikit ruangan pada bagian atas wadah penyimpanan karena seperti kebanyakan cairan lain, ASI akan mengembang bila dibekukan.
  3. ASI perah segar dapat disimpan dalam tempat/wadah tertutup selama 6–8 jam pada suhu ruangan (26ºC atau kurang). Jika lemari pendingin (4ºC atau kurang) tersedia, ASI dapat disimpan di bagian yang paling dingin selama 3-5 hari, di freezer satu pintu selama 2 minggu, di freezer dua pintu selama 3 bulan dan di dalam deep freezer (-18ºC atau kurang) selama 6 sampai 12 bulan.
  4. Bila ASI perah tidak akan diberikan dalam waktu 72 jam, maka ASI harus dibekukan.
  5. ASI beku dapat dicairkan di lemari pendingin, dapat bertahan 4 jam atau kurang untuk minum berikutnya, selanjutnya ASI dapat disimpan di lemari pendingin selama 24 jam tetapi tidak dapat dibekukan lagi.
  6. ASI beku dapat dicairkan di luar lemari pendingin pada udara terbuka yang cukup hangat atau di dalam wadah berisi air hangat, selanjutnya ASI dapat bertahan 4 jam atau sampai waktu minum berikutnya tetapi tidak dapat dibekukan lagi.
  7. Jangan menggunakan microwave dan memasak ASI untuk mencairkan atau menghangatkan ASI.
  8. Sebelum ASI diberikan kepada bayi, kocoklah ASI dengan perlahan untuk mencampur lemak yang telah mengapung.
  9. ASI perah yang sudah diminum bayi sebaiknya diminum sampai selesai, kemudian sisanya dibuang.

Referensi:

  1. World Health Organization, UNICEF. Breastfeeding counselling. A training course. Geneva: WHO. 2009.
  2. Suradi R, Hegar B, Partiwi IGAN dkk. Indonesia Menyusui. Jakarta: Balai Penerbit IDAI. 2010.

Pengurus Pusat Ikatan Dokter Anak Indonesia

Disusun oleh: Satgas ASI IDAI

Sumber : IDAI

October 6, 2014 Posted by | Article | Leave a comment